Well, and Come... :)

Senin, 18 April 2011

Cleopatra di Titian Pelangi

Semerbak wangi kasturi mengiringi aroma cinta
Membelah langit biru yang tak pernah pudar oleh senja
Selaksa edelweis menaburi permata jiwa

Bidadari-bidadari jelita memetik harpa
Menyulam dunia bak pagelaran di kaki langit
Rona cakrawala mengisyaratkan untaian makna
Dalam jiwa dan asa yang sempurna

Cleopatra mendendangkan harmonisasi rasa
Yang terangkai dari melodi dan irama surga
Keindahannya mampu menggetarkan warna warni bianglala
Sungguh keanggunan Sang Pencipta
Terukir abadi di persada kasih
Tak lekang
Selamanya
Bersama api-api rasa yang tergurat senyum indah

Cleopatra bahagia
Setitik senyum di ujung sepasang lesung pipit
Menaburkan cahaya berkilau keemasan
Memancarkan pesona para dewi di singgasana langit
Menari dan berdansa bersama bintang terindah

Cleopatra bersenandung
Menghadiahkan dunia dengan taburan kilau pelangi
Yang tak mampu sirna oleh keangkuhan yang fana
Namun
Mampu melukis indahnya embun pagi
Tak mampu
Terhapus oleh masa dan detakan jantung

Cleopatra kembali tersenyum
Memancarkan cahaya putih bak pegasus penguasa langit
Tersirat berjuta makna di balik senyumnya
Senyum penuh kasih
Persembahan untuk insan dunia

Cleopatra kembali bersenandung
Menghembuskan napas nada-nada cinta
Menyejukkan jiwa
Ibarat salju putih yang suci berkilau
Cleopatra bernyanyi
Tentang lagu yang melukiskan betapa cintanya ia kepada insan dunia
Tentang betapa takluknya ia pada kharisma manusia di persada bumi

Namun...
Bangunlah....
Kini Cleopatra tak pernah lagi tersenyum, bersenandung,  atau berdendang di singgasananya
Ia kini tak bangga kepada insan dunia
Ia kini merajuk mencaci dengan awan kelabu

Tak ada lagi pelangi kasih
Telah sirna bianglala cinta
Telah pudar kharisma yang berkilau
Raib...
Cinta...
Kasih...

Karena
Cinta
Kasih
Dan asa...
Telah sirna di persada bumi

(n.a.i)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar